Setelah awal tahun yang bergejolak, Bitcoin nampaknya kembali stabil, melonjak 31,41% di Q2 setelah penurunan 11,82% di Q1 2025.
Pemulihan ini telah memicu pertanyaan penting bagi investor: Apakah siklus bullish Bitcoin masih utuh, atau kita mendekati akhir?
Stablecoin Membentuk Siklus Bullish Baru
Dalam sebuah postingan terbaru di platform X, Founder dan CEO Alphractal, Joao Wedson, menyoroti tiga metrik stablecoin utama: Stablecoin Supply Ratio (SSR) Oscillator, Stablecoin Ratio Channel Long-Term View, dan Stablecoin Ratio Channel Short-Term View. Wedson mengatakan metrik ini menunjukkan optimisme, memberikan peluang investasi yang menjanjikan.
“Tidak ada dari metrik ini yang saat ini menunjukkan kondisi overbought, menunjukkan bahwa Bitcoin (dan aset kripto lainnya) bisa terus naik selama beberapa bulan ke depan,” Wedson berbagi.
Pertama, Stablecoin Supply Ratio (SSR) Oscillator on-chain berfungsi sebagai “kompas,” mengukur kapitalisasi pasar Bitcoin relatif terhadap total kapitalisasi pasar stablecoin, yang dihaluskan oleh rata-rata pergerakan 200 hari dan deviasi standar.

Indikator ini mengidentifikasi peluang pembelian potensial ketika Bitcoin undervalued relatif terhadap likuiditas stablecoin atau memperingatkan pasar yang terlalu panas. Data terbaru Alphractal menunjukkan SSR Oscillator belum mencapai sinyal jual, menunjukkan Bitcoin masih memiliki ruang untuk tumbuh.
Selain itu, Stablecoin Ratio Channel memberikan analisis lebih dalam dalam perspektif jangka panjang dan jangka pendek.

Pandangan jangka panjang membantu investor mengidentifikasi peluang pembelian ketika Bitcoin dihargai secara wajar relatif terhadap likuiditas stablecoin sambil memperingatkan overvaluation.
Sementara itu, dengan frekuensi osilasi yang lebih tinggi, pandangan jangka pendek cocok untuk strategi trading swing, menawarkan sinyal momentum untuk tren jangka pendek. Grafik Alphractal menunjukkan sinyal “beli” terbaru, terutama sejak awal 2025, memperkuat keyakinan dalam siklus bullish yang sedang berlangsung.

Menurut Coinglass, pemulihan Bitcoin sebesar 31,08% di Q2 2025, dikombinasikan dengan lonjakan Ethereum (37,04%), mencerminkan kekuatan ekosistem kripto.

Namun, risiko tetap ada. Ketergantungan pada stablecoin bisa terpengaruh oleh volatilitas regulasi global, terutama saat negara-negara seperti AS dan UE memperketat pengawasan. Meski demikian, prospeknya tetap positif dengan suku bunga rendah. Departemen Keuangan AS juga memprediksi bahwa pasar stablecoin bisa mencapai US$2 triliun.